A. Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.
B. Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
C.Terdistribusi
Dalam ilmu komputer, komputasi terdistribusi mempelajari
penggunaan terkoordinasi dari komputer yang secara fisik terpisah atau terdistribusi.
Sistem terdistribusi membutuhkan perangkat
lunak yang berbeda dengan sistem terpusat.
Tujuan
Tujuan dari komputasi terdistribusi adalah menyatukan kemampuan dari sumber
daya (sumber komputasi atau sumber informasi) yang terpisah secara fisik, ke
dalam suatu sistem gabungan yang terkoordinasi dengan kapasitas yang jauh
melebihi dari kapasitas individual komponen-komponennya.
Tujuan lain yang ingin dicapai dalam komputasi terdistribusi adalah transparansi. Kenyataan bahwa sumber daya
yang dipakai oleh pengguna sistem terdistribusi berada pada lokasi fisik yang
terpisah, tidak perlu diketahui oleh pengguna tersebut. Transparansi ini
memungkinkan pengguna sistem terdistribusi untuk melihat sumber daya yang
terpisah tersebut seolah-olah sebagai satu sistem komputer tunggal, seperti
yang biasa digunakannya.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam usaha menyatukan sumber daya yang
terpisah ini antara lain adalah skalabilitas, dapat atau tidaknya sistem
tersebut dikembangkan lebih jauh untuk mencakup sumber daya komputasi yang
lebih banyak.
Arsitektur
Banyak arsitektur perangkat lunak dan keras yang bervariasi yang digunakan
untuk komputasi terdistribusi. Pada tingkat yang lebih rendah, penghubungan
beberapa CPU dengan
menggunakan jaringan sangat dibutuhkan. Pada tingkat yang
lebih tinggi menghubungkan proses yang berjalan dalam CPU tersebut dengan
sistem komunikasi juga dibutuhkan.
Arsitektur umum yang memungkinkan sistem terdistribusi antara lain:
- klien-server: klien menghubungi server untuk pengambilan data, kemudian server memformatnya dan menampilkannya ke pengguna.
- arsitektur 3-tier: Kebanyakan aplikasi web adalah 3-Tier.
- arsitektur N-tier: N-Tier biasanya menunjuk ke aplikasi web yang menyalurkan lagi permintaan kepada pelayanan enterprise. Aplikasi jenis ini paling berjasa bagi kesuksesan server aplikasi.
- Tightly coupled: biasanya menunjuk kepada satu set mesin yang sangat bersatu yang menjalankan proses yang sama secara paralel, membagi tugas dalam bagian-bagian, dan kemudian mengumpulkan kembali dan menyatukannya sebagai hasil akhir.
- Peer-to-peer: sebuah arsitektur di mana tidak terdapat mesin khusus yang melayani suatu pelayanan tertentu atau mengatur sumber daya dalam jaringan. Dan semua kewajiban dibagi rata ke seluruh mesin, yang dikenal sebagai peer.
- Service oriented di mana sistem diatur sebagai satu set pelayanan yang dapat diberikan melalui antar-muka standar.
- Mobile code: berdasarkan prinsip arsitektur mendekatkan pemrosesan ke sumber data
- Replicated repository: Di mana repository dibuat replikanya dan disebarkan ke dalam sistem untuk membantu pemrosesan online/offline dengan syarat keterlambatan pembaharuan data dapat diterima.